Selasa, 16 Juli 2019

Kumandang Tembang Dhandhanggula di MTsN 6 Kulon Progo

Werdining kang warsita jinarwi / wruhing kukum iku watekira / adoh marang kanisthane / pamicara puniku / weh reseping sagung miyarsi /tata krama puniku / ngedohken panyendhu / kagunan iku kinarya / ngupoboga dene kelakuan becik /weh rahayuning angga//.

Nenek moyang dalam memberi petuah (wewarah) tidak langsung menasihati secara lisan namun
menggunakan media seperti wayang kulit maupun tembang. Hal itulah yang dilakukan guru Seni Budaya MTsN 6 Kulonprogo Drs. Sutanto saat menjadi pembina apel, Rabu (17/7). Sutanto melantunkan tembang Dhandhanggula yang berisi nasihat dihadapan guru dan pegawai serta seluruh siswa.

“Tembang tersebut mengandung arti dalam makna hakiki ajaran Jawa, hendaknya manusia taat pada hukum baik itu hukum agama, negara maupun masyarakat. Orang yang taat pada hukum akan jauh dari kenistaan. Dalam bertuturkata hendaklah dapat membuat orang lain menjadi senang,” tutur Sutanto. Sedangkan tatakrama akan menjauhkan dari sifat tercela, dengan demikian setiap pribadi hendaknya menghormati orang lain. “Menghormati orang lain hakikatnya adalah menghormati dirinya sendiri,” sambungnya lagi.
Hal lain yang perlu diupayakan bagi setiap orang adalah memiliki keterampilan. Keterampilan hidup akan berguna sebagai jalan untuk mencari nafkah, sehingga orang yang memiliki banyak keterampilan akan lebih banyak celah mendapat jalan memperoleh rizki.
“Bagian terakhir dari tembang ini mengajarkan kunci keselamatan. Hendaknya kita selalu berbuat baik. berbuat baik kepada orang lain akan menjadi kebaikan bagi dirinya agar diri menjadi selamat. Dan jangan lupa selalu bersedekah untuk menjaga diri kita agar tetap selamat,” pungkas Sutanto.
Dalam apel tersebut juga dilantunkan Hymne Madrasah oleh semua peserta upacara agar senantiasa tumbuh semangat dalam diri segenap warga madrasah mewujudkan madrasah hebat bermartabat. (tan)