Saat ini hampir semua orang mengenalnya sebagai penyanyi lagu Jawa yang mumpuni. Terlahir dengan nama Dionisius Prasetyo 54 tahun silam, namun publik lebih mengenalnya dengan nama Didi Kempot. Putra seniman tradisi Ranto Edi Gudel yang terkenal pada jamannya itu telah mencipta 700 lagu lebih sejak tahun 80 an sampai sekarang. Nama besarnya tidak menjadikannya jumawa, namun justru tetap sebagai pribadi yang rendah hati dan memiliki rasa peduli.
Hal tersebut dibuktikannya dengan menggelar Konser Amal Dari Rumah, di rumahnya Solo Jawa Tengah, Sabtu (18/4/2020) lalu dan donasi yang masuk 4,6 milyar lebih dari para penggemarnya di seluruh Indonesia.
Melihat kharisma, kepribadian dan prestasinya yang luarbiasa tersebut, Guru Seni Budaya MTsN 6 Kulon Progo Drs. Sutanto mengajak siswa kelas 7 di madrasahnya untuk mengenal lebih dalam pada sosok yang tetap rendah hati itu pada pembelajaran yang diampunya Senin (20/4/2020).
Setiap siswa diminta untuk mencari informasi melalui berbagai media untuk mengetatui secara mendalam seniman yang dijuluki “ Goodfather of Broken Heart” dan memiliki jutaan penggemar di seluruh tanah air yang terkenal dengan sebutan “Sobat Ambyar.”
Siswa diberi kesempatan waktu sekitar 120 menit untuk membuat ringkasan meliputi : Identitasnya, Perjuangan Didi Kempot saat memulai kariernya, Rekaman (lagu yang pertama direkam, tahun berapa,di studio mana), Menulis 20 judul lagu ciptaannya, dan menulis satu syair lagu ciptaannya dengan diberi alasan mengapa memilih lagu tersebut.
Candra Pratiwi (7B) dalam ringkasanya menuliskan, bahwa Didi Kempot memulai karirnya sebagai musisi jalanan di kota Surakarta sejak tahun 1984 hingga 1986, kemudian mengadu nasib ke Jakarta pada tahun 1987 hingga 1989. Nama panggung Didi Kempot merupakan singkatan dari Kelompok Pengamen Trotoar, grup musik asal Surakarta yang membawa ia hijrah ke Jakarta.
Dini Ambarwati (7C) mengagumi sosok legenda tersebut karena sebagian lagunya menyertakan nama-nama tempat, seperti Stasiun Balapan, Terminal Tirntonadi, Tanjung Mas, Parangtritis, Terminal kartanegara, Pantai Klayar. Dengan demikian sembari bernyanyi sekaligus mengenal nama-nama tempat di berbagai wilayah.
Hervina CItra Resmi (7A) mengagumi kepribadian Didi Kempot, karena telah mengorbitkan anak difabel yang bernama Arda. Setelah pertemuannya dengan bocah tersebut pada sebuah hajatan di Klaten, Arda dibuatkan lagu Tatu, Kagem Ibu dan Ora Mulih.
Sutanto menambahkan dalam membuat lagu Didi Kempot seperti mengalir tak pernah kehabisan ide. “Lewat lagu Ora Mulih misalnya, mengandung pesan agar para perantau untuk tidak pulang dulu ke daerah asalnyamengingat pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. Bahkan Presiden Joko Widodo memberikan apresiasi kepada Didi Kempot yang telah turut berdonasi melalui konser yang digelarnya,” pungkas Sutanto.(tan)