Pendidikan karakter berfungsi untuk :Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Sadar akan karakter yang dimiliki oleh setiap manusia maka ketika Karakter Literasi telah ada dalam diri seseorang dan tumbuh berkembang akan menjadi pembiasaan yang sangat positif. Seseorang akan mampu mengembangkan karakter tersebut dan mampu mencipta banyak karya – karya dalam bentuk tulisan. Seorang Literat mampu memberikan contoh tauladan yang baik bagi seseorang , baik dari hasil karya yang diciptakan maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Karakter-karakter yang tumbuh dalam diri seseorang yang Literat adalah karya-karya yang diciptakan lewat inspirasinya merupakan faktual dan original bukan plagiat, sementara dalam jiwa seorang literat tertanam karakter jujur,disiplin,terbuka,amanah.
Berdasar pemikiran tersebut MTsN 6 Kulon Progo mengadakan kegiatan yang bertajuk “Character Building Berbasis Literasi” bagi Guru dan Pegawai, Kamis (10/10) di madrasah setempat dengan menghadirkan Pemimpin Redaksi Majalah CANDRA Dinas Dikpora DIY YB. Margantoro didampingi salahsatu anggota redaksi, Deti Prastyaningrum, S.Pd.
Kepala Madrasah Imam Syamroni, S.Pd mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan tersebut berujuan agar para guru/ pegawai meningkat kemampuan membaca dan menulisnya. Akhirnya kemampuan tersebut berdampak positif bagi pribadi dan institusi.
“Madrasah sudah mengawali gerakan literasi dengan memberikan waktu khusus pada jam pertama setiap hari Kamis, mengoptimalkan website madrasah, mengisi web Kanwil Kemenag DIY,”terangnya.
Mengawali paparannya narasumber yang akrab disapa “Pak YB“ tersebut menjelaskan bahwa membaca baru awal literasi, tahap selanjutnya adalah menulis dan bisa berpikir kritis. Untuk dapat menulis seseorang perlu memahami analisis SWOT yakni Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (kesempatan), dan Threats (ancaman). Mengutip pendapat AS Haris Sumadiria , syarat artikel layak kirim ada sepuluh yakni : 1.Topik yang diangkat aktual atau controversial, 2.Topik yang diajukan orisinal serta mengandung gagasan baru dan segar, 3.Materi yang dibahas menyangkut kepentingan masyarakat luas, 4.Topik yang dibahas tidak bertentangan dengan aspek etis, sosiologis, yuridis, dan ideologis, 5.Ditulis dengan bahasa baku yang benar dan baik, lincah dan segar, mudah dicerna dan ringan dibaca, 6.Mencerminkan visi penulis sebagai cendekiawan, 7.Referensial, 8.Singkat, utuh dan tuntas, 9.Memenuhi kebutuhan sekaligus dapat mengikuti selera dan kebijakan redaksional media massa, 10.Memenuhi kualifikasi teknis administratif media massa bersangkutan.
“Ada enam bentuk tulisan yang disediakan bagi masyarakat umum yakni : surat pembaca, artikel, esai, kolom, news analysis, dan resensi buku. Bapak ibu bisa mencoba menulis diantara enam bentuk itu. Tak usah takut ditolak. Pokoknya menulis dan terus menulis,” tandasnya.
Suasana kekeluargan tergambar dalam kegiatan itu, terlebih saat dibuka sesi tenyajawab, banyak guru dan pegawai yang antusias bertanya. Peserta juga ditantang untuk menuliskan jawaban atas tiga pernyataan yang diberikan narasumber.
Disela penyampaian materi, YB Margantoro memberikan cinderamata berupa buku dari Redaksi Candra kepada Kepala Madrasah Imam Syamroni dan Guru Seni Budaya Sutanto