Rabu, 26 April 2023

Idul Fitri, Antara Kesalahan dan Kesalehan..!


Selama sebulan penuh umat Islam yang beriman diwajibkan berpuasa di bulan Ramadhan, dengan harapan akan terbentuk karakter dan kepribadian bertakwa.

Usai bulan Ramadhan, tibalah hari raya Idul Fitri yang dinanti, gema takbir, tahmid, dan tahlil membahana, lantunan kalimat mulia sebagai bentuk rasa syukur seorang hamba yang beriman atas momentum datangnya hari kemenangan selama sebulan penuh dibulan Ramadhan melaksanakan aneka macam bentuk ibadah dan ketaatan kepada Allah baik yang bersifat mahdhah (berdimensi vertikal ibadah langsung kepada Allah) maupun ghairu mahdhah (berdimensi horizontal, sosial).

Lingkup kaum yang paling kecil dalam komunitas interaksi antar manusia sering kita sebut keluarga. Apabila dalam sebuah keluarga ada beberapa orang yang sudah tidak lagi bertegur sapa, satu sama lain saling menjauh, saling mencaci dan memfitnah, maka rahmat Allah akan dijauhkan dari seluruh anggota keluarga tersebut. Demikian pula kalau permusuhan terjadi di masyarakat dan komunitas yang lebih luas lagi tentunya akan menimbulkan ketidaknyamanan terkait peran masing-masing individu di dalam kehidupan bermasyarakat yang merupakan fitrah dan kebutuhan yang niscaya sebagai mahluk sosial dalam naluri kehidupannya.

Pada suatu hari, rasulullah Saw. menyampaikan pertanyaan kepada para sahabatnya, "maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya dari shalat dan puasa?". Para sahabat menjawab "tentu saja, ya Rasulallah". Kata Rasulullah , "engkau damaikan orang-orang yang bertengkar."

Dari dialog singkat Rasulullah Saw. dengan para sahabatnya, bisa diambil kesimpulan bahwa menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang berpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam dan mengukuhkan ukhuwwah diantara mereka adalah amal saleh yang sangat besar pahalanya. Rasulullah Saw. dalam suatu hadisnya pernah menyampaikan "Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dilapangkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan (silaturrahmi)." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam kehidupan bermasyarakat terkait interaksi sosial baik dalam lingkup keluarga maupun yang lebih luas lagi, gesekan yang ditimbulkan akibat dari interaksi antar individu sering kali muncul dan tidak terelakan lagi, baik yang disengaja maupun tanpa disadari menimbulkan  rasa sakit hati pada pihak lain yang mengakibatkan ketidakharmonisan dalam pergaulan sosial tersebut.

Islam telah mengajarkan bagaimana semestinya manusia dalam bertuturkata dengan sesama sehingga tidak melukai lawan bicara dan partner komunikasi dalam pergaulan, sebagaimana yang disabdakan Baginda Nabi Muhammad Saw : "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam" (HR. Bukhari dan Muslim). Islampun sarat akan ajaran yang mengajarkan etika bertamu dan menerima tamu, menjaga hubungan baik dalam bertetangga, bagaimana adab bergaul dengan lawan jenis dan ukhuwah Islamiyah (persaudaran sesama muslim) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia), ajaran berbagi kepada sesama yang membutuhkan, saling menghormati dan menghargai, serta menyayangi, sedangkan akhlak dalam bernegara yaitu diantaranya musyawarah untuk kebaikan bersama, menegakkan nilai-nilai keadilan, beramar ma'ruf nahi munkar serta hubungan pemimpin dengan rakyat yang dipimpinnya.

Pranata sosial yang indah dan mulia diatas seringkali terlihat kontra dalam fakta kehidupan. Kecemburuan sosial muncul diantaranya karena ketidakpeduliannya si kaya kepada si miskin, ketimpangan sosial dalam bidang yang lain  masih marak kita saksikan,  penegakkan hukum yang sering kali muncul tajam keatas tumpul ke bawah, pergaulan bebas marak terjadi tanpa ada kontrol dalam kehidupan di masyarakat karena lemahnya amar ma'ruf nahi munkar.

Lewat momentum Idul Fitri diharapkan akan menjadi event muhasabah diri bagi manusia yang telah melewati masa-masa penempaan perilaku taat yang terus menerus selama di bulan Ramadhan, kesalahan-kesalahan masa lalu akan terus diupayakan dengan saling bermaafan dan menguatkan tali persaudaraan antar sesama, saling berkunjung kepada sanak kerabat dan handai tolan dengan mengembangkan nilai-nilai kasih sayang, saling menghormati dan menghargai,  tanpa memandang status sosial dan jabatan. Kesalahan-kesalahan masa lalu akan berubah menjadi kesalehan yang selalu terpancar dalam kehidupan.

Dari segi praktis, mungkin hal itu akan sangat sulit untuk dilakukan oleh manusia yang yang telah berbuat kesalahan, apalagi dengan menyampaikan bentuk-bentuk kesalahan yang telah diperbuatnya terhadap manusia lainnya, khususnya apabila orang tersebut tidak mengetahui sebelumnya, mungkin bukannya maaf yang didapat, justru caci maki kemarahan dan putus hubungan yang didapat. Dalam Hal ini Rasulullah Saw. mengajarkan sebuah doa : "Ya Allah, sesungguhnya aku memiliki dosa pada-Mu dan dosa yang kulakukan pada makhluk-Mu. Aku bermohon ya Allah, agar Engkau mengampuni dosa dan kesalahan yang kulakukan pada-Mu, serta mengambil alih dan menanggung dosa yang kulakukan pada makhluk-Mu."

Dengan demikian, diharapkan dosa-dosa yang dilakukan terhadap orang lain, yang telah dimohonkan maaf kepada yang bersangkutan akan diambil alih oleh Allah, walaupun yang bersangkutan tidak memaafkannya. Apalagi pada momentum Idul Fitri ini, tradisi saling berkunjung meminta maaf dan memberikan maaf menjadi bagian kultur di masyarakat kita. Karenanya, bukalah lembaran baru dan tutup lembaran lama guna mewujudkan insan yang memiliki ihsan dengan menghapus kesalahan dengan kesalehan karena yang demikian ini sangat disukai Allah Dzat Yang Maha Penyayang.